“Mengikat Makna” Diajarkan di ICAS Jakarta

“Mengikat Makna” Diajarkan di ICAS Jakarta

Mulai Sabtu, 9 Oktober 2010, Hernowo-penulis Mengikat Makna dan banyak buku tentang metode-metode baru belajar-mengajar diberi kesempatan mengisi mata kuliah Bahasa Indonesia di Islamic College for Advanced Studies (ICAS) untuk para mahasiswa baru tingkat pertama. Ada sekitar 47 mahasiswa yang ikut kuliah tersebut.

Agar kegiatan belajar tersebut tidak membosankan, Hernowo kemudian memanfaatkan pendekatan “input and output” dalam pembelajaran bahasa.

Inti pendekatan ini bertumpu pada empat pilar keterampilan berkomunikasi: speaking, listening, reading, dan writing. Menurut pendekatan ini, jika ada banyak yang dimasukkan, yang dikeluarkan pun akan banyak pula.

Apa yang dimasukkan dan dikeluarkan? Seseorang akan memasukkan sesuatu kedalam dirinya lewat kegiatan “reading and listening”, sementara proses mengeluarkannya lewat kegiatan “speaking and writing”. Apa yang dipahami oleh Hernowo tentang pendekatan “input and output” dalam pembelajaran bahasa ini ternyata cocok dengan temuannya dalam  membuat seseorang dapat menjalankan kegiatan membaca dan menulis secara berdaya. Temuannya itu bernama “mengikat makna”.

Hanya, dalam konsep “mengikat makna”, Hernowo lebih menekankan pada pemaduan dua kegiatan penting membaca dan menulis untuk meraih makna (sesuatu yang sangat penting dan berharga bagi diri yang melakukan kegiatan tersebut). Sesungguhnya, “mengikat makna” dan pendekatan “input and output” tidak jauh berbeda. Menurut Hernowo, membaca itu mendengarkan (menyimak) dan menulis itu menyampaikan (berbicara secara tertata dan jernih).

Ada lima tujuan yang ingin diraih oleh Hernowo dalam perkuliahan Bahasa Indonesia tingkat pertama di ICAS pada 2010/2011:

  1. Mahasiswa terbiasa membaca efektif (membaca yang ada efek [hasil]-nya).
  2. Mahasiswa terbiasa menuliskan sesuatu yang “original” yang berasal dari dirinya.
  3. Mahasiswa merasakan pelbagai manfaat luar biasa membaca-menulis secara nyata.
  4. Mahasiswa dapat meningkatkan “languange skill”-khususnya untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
  5. Mahasiswa menjadi mudah dalam menemukan, mengembangkan, merumuskan, dan mengemukakan gagasan-gagasan baru secara tertulis.[]

Sumber:

http://www.mizan.com/v2/index.php?fuseaction=news_det&id=20

Leave a comment